Air mata adalah bahasa hati
Dia bicara saat bibir terkunci
Tetesannya alirkan perih
Menggelayut tapaki jalanan berduri
Mungkin luka ini
Terlihat indah bagimu
Hingga seringai marahmu
Hancurkan segala rindu
Wednesday, June 21, 2017
Tuesday, June 6, 2017
mocktailku: " KENANGAN YANG TERTUNDA "
Aku sesali tentang itu...
Tentang kenangan yang tertunda
Dimana senyum menjadi nyawa
Yang mengalir dalam setiap nadi
Sekarang apa?
Tetap saja kenangan itu
Hanya secercah fata morgana
Yang tak jua bisa aku raba
Aku mulai lelah
Kala desiran kabut senja
Pelan merayap
Menyingkap tirai kenangan
Yang kian renta
Tentang kenangan yang tertunda
Dimana senyum menjadi nyawa
Yang mengalir dalam setiap nadi
Sekarang apa?
Tetap saja kenangan itu
Hanya secercah fata morgana
Yang tak jua bisa aku raba
Aku mulai lelah
Kala desiran kabut senja
Pelan merayap
Menyingkap tirai kenangan
Yang kian renta
Friday, May 12, 2017
" BILA "
Bila kau kembali
Duniaku menari-nari
Mataku terang selaksa matahari
Daun kering yang terkoyak
Kini menghijau lagi
Bila kau ada
Bintang-bintang berkedip manja
Kabut putih berarak ceria
Hingga lembaran kertas bergaris
Kuukir dengan segudang tinta
Bila kau risau
Rinduku yang kan menghalau
Singkirkan seribu ranjau
Ku mohon.....
Jangan biarkan kisah ini menjadi lampau
Duniaku menari-nari
Mataku terang selaksa matahari
Daun kering yang terkoyak
Kini menghijau lagi
Bila kau ada
Bintang-bintang berkedip manja
Kabut putih berarak ceria
Hingga lembaran kertas bergaris
Kuukir dengan segudang tinta
Bila kau risau
Rinduku yang kan menghalau
Singkirkan seribu ranjau
Ku mohon.....
Jangan biarkan kisah ini menjadi lampau
Thursday, March 9, 2017
Butiran Pasir
Bagimu...
Aku bagaikan sebutir pasir masa lampau
Diantara butiran pasir
Masa kini dan masa depanmu
Yaaa...
Aku hanyalah setitik kenangan
Yang pantas kau lupakan
Apalah aku
Seperti goresan tulisan diatas air
Yang mudah hanyut
Dalam terjangan kehidupanmu
Pergilah...
Kulepas kau
Dengan genangan deritaku
Aku bagaikan sebutir pasir masa lampau
Diantara butiran pasir
Masa kini dan masa depanmu
Yaaa...
Aku hanyalah setitik kenangan
Yang pantas kau lupakan
Apalah aku
Seperti goresan tulisan diatas air
Yang mudah hanyut
Dalam terjangan kehidupanmu
Pergilah...
Kulepas kau
Dengan genangan deritaku
Friday, February 10, 2017
Kulepas Kau Pergi
Shanum
Selendang kawung yang aku beli
Di hari pernikahan ibumu
Sejatinya untuk menggedongmu
Tapi kamu pergi
Sebelum sempat menyentuh kain itu
Kenapa nak ?
Kami bahkan sudah siapkan
Ruang terindah di hati kami
Berhiaskan permadani cinta
Dan kerlap kerlip kasih
Dengan berjuta warna warni dunia
Tapi Shanum
Selendang pelangi bidadari
Lebih menarik bagimu
Harumnya wangi syurga
Lebih memikat untukmu
Baiklah Shanum
Jika itu pilihanmu
Kami rela melepasmu
Temui Dia
Dengan ribuan bintang di matamu
Selendang kawung yang aku beli
Di hari pernikahan ibumu
Sejatinya untuk menggedongmu
Tapi kamu pergi
Sebelum sempat menyentuh kain itu
Kenapa nak ?
Kami bahkan sudah siapkan
Ruang terindah di hati kami
Berhiaskan permadani cinta
Dan kerlap kerlip kasih
Dengan berjuta warna warni dunia
Tapi Shanum
Selendang pelangi bidadari
Lebih menarik bagimu
Harumnya wangi syurga
Lebih memikat untukmu
Baiklah Shanum
Jika itu pilihanmu
Kami rela melepasmu
Temui Dia
Dengan ribuan bintang di matamu
Surat Buat siMungil
Shanum
Aku bilang pada ibumu
"Jangan menangis"
Tapi tahukah kau
Bahwa tangisku lebih keras
Dari tangisan ibumu bahkan ayahmu
Kami hanya saling menghibur
Dari sedih yang kami rasakan
Kami mencoba tertawa
Tapi tawa kami terasa perih
Kami saling memberi senyum
Tapi senyum kami teramat pedih
Kami hanya ingin meringkuk dipojok kamar
Menyendiri
Mengenang betapa rindu ini
Tak kan pernah tersampaikan
Betapa luka ini tak pernah terobati
Shanum
Maafkan kami
Karena melepasmu dengan cara seperti ini
Aku bilang pada ibumu
"Jangan menangis"
Tapi tahukah kau
Bahwa tangisku lebih keras
Dari tangisan ibumu bahkan ayahmu
Kami hanya saling menghibur
Dari sedih yang kami rasakan
Kami mencoba tertawa
Tapi tawa kami terasa perih
Kami saling memberi senyum
Tapi senyum kami teramat pedih
Kami hanya ingin meringkuk dipojok kamar
Menyendiri
Mengenang betapa rindu ini
Tak kan pernah tersampaikan
Betapa luka ini tak pernah terobati
Shanum
Maafkan kami
Karena melepasmu dengan cara seperti ini
Bidadariku
Sagara Shanum,
Kau tak pernah menangis
Karena kau terlalu lembut
Tuk mengenal kejamnya pertengkaran
Kau terlalu halus
Tuk meraba kasarnya dunia
Kau terlalu manis
Tuk merasakan pahitnya kehidupan
Kau terlalu lemah
Tuk tapaki terjalnya perjuangan
Kau terlalu indah
Hingga tak terjamah
Sagara Shanum
Mungkin tangan-tangan kami terlalu kotor
Hingga kami tak layak
Menyentuh pipimu
Membelai rambutmu
Menyuapi bibirmu
Menggendong manjamu
Karenanya
Kau lebih memilih lelap
Dalam keabadian
Kau tak pernah menangis
Karena kau terlalu lembut
Tuk mengenal kejamnya pertengkaran
Kau terlalu halus
Tuk meraba kasarnya dunia
Kau terlalu manis
Tuk merasakan pahitnya kehidupan
Kau terlalu lemah
Tuk tapaki terjalnya perjuangan
Kau terlalu indah
Hingga tak terjamah
Sagara Shanum
Mungkin tangan-tangan kami terlalu kotor
Hingga kami tak layak
Menyentuh pipimu
Membelai rambutmu
Menyuapi bibirmu
Menggendong manjamu
Karenanya
Kau lebih memilih lelap
Dalam keabadian
Sagara Shanum
Sagara Shanum adalah lukisan cinta
Menari-nari
Bagai kupu-kupu kuning
beterbangan mengejar Bela
Disana
Gelak canda, tawa ceria
menghiasi taman surga
Jejak-jejak kaki mungilmu
melompat-lompat bak peri berdansa
Kami juga tertawa nak
Menyaksikanmu dari alam yang berbeda
Meski buraian air mata berhamburan
Basahih jalan yang kami tapaki
Rasanya tanah ini tak lagi kering
Terhujani perih yang tiada terkira
Hari sudah malam
Tidurlah nak
Dalam dekapan Sang Pencipta
Senandung do'a kami
Kan selalu teriring
Menina bobokanmu
hingga nafas terpisah dari raga
Menari-nari
Bagai kupu-kupu kuning
beterbangan mengejar Bela
Disana
Gelak canda, tawa ceria
menghiasi taman surga
Jejak-jejak kaki mungilmu
melompat-lompat bak peri berdansa
Kami juga tertawa nak
Menyaksikanmu dari alam yang berbeda
Meski buraian air mata berhamburan
Basahih jalan yang kami tapaki
Rasanya tanah ini tak lagi kering
Terhujani perih yang tiada terkira
Hari sudah malam
Tidurlah nak
Dalam dekapan Sang Pencipta
Senandung do'a kami
Kan selalu teriring
Menina bobokanmu
hingga nafas terpisah dari raga
Sunday, January 29, 2017
Aku Pergi
Bila aku pergi
Kuingin kau tetap
disini
disini
Menunggu sampai aku
kembali
kembali
Meski aku tak
memberimu janji
memberimu janji
Egois…?
Iya
Karena aku tak rela
kehilanganmu
kehilanganmu
Dan
Saat aku benar-benar
kembali
kembali
Kan kugenggam cintamu
Tak kan pernah kulepas
lagi
lagi
Saturday, January 28, 2017
Suram
Tanpamu
Wajah-wajah tertunduk
muram
muram
Dalam keremangan senja
Kususuri rumpun
ilalang
ilalang
Mencari segaris senyum
yang terbuang
yang terbuang
Sementara mendung
menggantung dilangit temaram
menggantung dilangit temaram
Kulihat sosokmu melangkah
.. perlahan menjauh
.. perlahan menjauh
Aku terpaku diujung
pematang
pematang
Menghitung kenangan
yang menghilang
yang menghilang
Semua terasa sia-sia
Bayangan itu masih
saja menggeliat
saja menggeliat
Mengusap rindu yang
tersimpan
tersimpan
Entah sampai kapan
Wednesday, January 11, 2017
Sesal
Berulang aku sesali
Mengapa tunas ini tumbuh kembali
Namun tiada kudengar jawaban pasti
Kulalui setiap lorong...
Merenung sendiri...Sunyi
Hanya pantulan suara-suara dinding
Menggema...meneriakkan sebuah arti
Semua tentangmu...ya tentangmu
Tentang kisah yang tak pernah mati
Saat tubuh membeku disini
Anganku meliuk-liuk memadamkan api
Tapi kobaranmu bakar segala sepi
Nyalakan sisa janji yang terpateri
Hangatkan nurani sandaran hati
Sesal ini tiada kupercaya lagi
Sampai kutemukan nafasmu esok hari
Mengapa tunas ini tumbuh kembali
Namun tiada kudengar jawaban pasti
Kulalui setiap lorong...
Merenung sendiri...Sunyi
Hanya pantulan suara-suara dinding
Menggema...meneriakkan sebuah arti
Semua tentangmu...ya tentangmu
Tentang kisah yang tak pernah mati
Saat tubuh membeku disini
Anganku meliuk-liuk memadamkan api
Tapi kobaranmu bakar segala sepi
Nyalakan sisa janji yang terpateri
Hangatkan nurani sandaran hati
Sesal ini tiada kupercaya lagi
Sampai kutemukan nafasmu esok hari
Monday, January 9, 2017
Eling Bening
Hamparan air bening
Tenang mengalir lembut
Menyapa hembusan angin rawa
Hening bayangmu belenggu masa lalu
Meretas senyum menikam gelisah rindu
Aku berharap...
Cerita ini tak sepahit kenanganmu
Masih ada pelangi
Diantara rimbunan belantara
Kaca keindahan alam surga
Lihatlah...
Lengkung langit senja
Mengajak kita berdansa
Bisikkan kerling manja
Membahana menyibak deraian tawa
Di sana...di Eling bening
Ku ukir semburan sajak cinta
Tenang mengalir lembut
Menyapa hembusan angin rawa
Hening bayangmu belenggu masa lalu
Meretas senyum menikam gelisah rindu
Aku berharap...
Cerita ini tak sepahit kenanganmu
Masih ada pelangi
Diantara rimbunan belantara
Kaca keindahan alam surga
Lihatlah...
Lengkung langit senja
Mengajak kita berdansa
Bisikkan kerling manja
Membahana menyibak deraian tawa
Di sana...di Eling bening
Ku ukir semburan sajak cinta
Muara
Aku tidak tahu
Kemana langkah kita bermuara
Semua jalan gelap, hitam pekat
Tiada celah tuk kita berlaga
Matahari, bulan dan bintang
Berlarian menghindar menjauh
Hanya derasnya air hujan
Ditimpa halilintar menghentak menyambar
Menahan gemeretak dinginnya pagi buta
Kita semakin tak berdaya
Mengusir senyum wajah-wajah tak berdosa
Merantai angan mengais asa yang tersisa
Kabut tebal menyelimuti awan
Melempar tanya tak pernah terjawab
Hendak kemana langkah kita bermuara
Kemana langkah kita bermuara
Semua jalan gelap, hitam pekat
Tiada celah tuk kita berlaga
Matahari, bulan dan bintang
Berlarian menghindar menjauh
Hanya derasnya air hujan
Ditimpa halilintar menghentak menyambar
Menahan gemeretak dinginnya pagi buta
Kita semakin tak berdaya
Mengusir senyum wajah-wajah tak berdosa
Merantai angan mengais asa yang tersisa
Kabut tebal menyelimuti awan
Melempar tanya tak pernah terjawab
Hendak kemana langkah kita bermuara
Wednesday, January 4, 2017
Pergilah
Pergilah...
Jika itu membuatmu lega
Usah risaukan jejak-jejak yang tertinggal
Dia kan mengering seperti rumput yang kau injak
Biarkan serpihan daun melayang tanpa arah
Terhempas angin menimpa jalan tanah
Pergilah...
Raih mimpi bersama sang waktu
Buang semua rintihan rindu
Yang membelit menahan timbunan kasihmu
Tak perlu kau tarik jemariku
Dalam dekapan setiamu
Pergilah...
Tatap awan berarak menengadah
Menyeruak dibalik kesenyapan
Sambut esokmu dampar segala kesedihan
Jika itu membuatmu lega
Usah risaukan jejak-jejak yang tertinggal
Dia kan mengering seperti rumput yang kau injak
Biarkan serpihan daun melayang tanpa arah
Terhempas angin menimpa jalan tanah
Pergilah...
Raih mimpi bersama sang waktu
Buang semua rintihan rindu
Yang membelit menahan timbunan kasihmu
Tak perlu kau tarik jemariku
Dalam dekapan setiamu
Pergilah...
Tatap awan berarak menengadah
Menyeruak dibalik kesenyapan
Sambut esokmu dampar segala kesedihan
Subscribe to:
Posts (Atom)