Tuesday, December 11, 2018

Goresan Pena



Bagian I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ide Penciptaan
     Kumpulan Puisi “Goresan Pena“ merupakan
kumpulan puisi ke 5 yang penulis ciptakan 
sebagai bentuk pengeja wantahan pengamatan dari kejadian sehari-hari
yang kemudian diwujudkan sebagai karya seni khususnya puisi. Apa yang penulis lihat
direfleksikan dalam bentuk rangkaian kata-kata di rangkai menjadi kalimat,
syair, larik, bait dan irama. Latar belakang ide penciptaan berawal dari keinginan
penulis untuk mengabadikan kejadian yang lucu, menarik, menyentuh bahkan
terkadang dramatis dalam bentuk puisi, yang berkembang menjadi karya seni.
Kumpulan puisi ini akan penulis gunakan untuk melengkapi kenaikan pangkat
sebagai salah satu bentuk pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kumpulan
puisi yang terdiri dari 20 puisi dihargai dengan angka kredit sebesar 2. Puisi kini
bukan lagi hobi, tetapi sebuah kebutuhan rokhani dalam menumpahkan segala rasa yang
terjadi dari waktu ke waktu.
B. Makna
    Puisi adalah curahan hati. Dengan puisi penulis
dapat menyampaikan  segala sesuatu yang
terjadi di lingkungan sekitarnya dengan irama, matra, lirik, dan bait. Roncaian
perasaan seseorang dapat mengukir kesadaran akan pengalaman batin yang diwujudkan
melalui puisi. Kumpulan puisi dengan judul “Goresan Pena” merupakan bentuk
puisi platonik yaitu puisi modern berisi ungkapan perasaan yang bersifat
spiritual, mengandung cita-cita dan kisah cinta seorang manusia.
     Masruchin (2017 : 172) menyatakan bahwa puisi adalah ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, ritma serta penyusunan larik
dan bait. Ada 3 pembagian puisi dalam periode waktu yakni puisi lama, modern
dan baru.
     “Goresan Pena” adalah tulisan seorang guru
produktif  boga yang mengajar di sebuah
sekolah yang menjadi piloting projeck sekolah
yang menerapkan kurikulum 2013 refisi, sekolah revitalisai dengan unggulan
metode mengajar teaching factory.
Dengan predikatnya sebagai sekolah rujukan bagi sekolah-sekolah aliansi yang
ada di sekitarnya, membuat semua komponen di sekolah ini menjadi sangat sibuk
dengan segala agenda yang diwajibkan terkait hal tersebut.
       Kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan
tata usaha, semua berpacu dengan waktu untuk menggapai visi misi yang sudah
dicanangkan pihak sekolah. Melihat hiruk pikuk tersebut, penulis memiliki ide
untuk merekamnya dalam bentuk puisi, sehingga dapat dinikmati dari sudut seni
yang bersentuhan dengan kehalusan hati dan kepekaan dalam menyikapi sebuah
kejadian.  
       Kumpulan puisi “Goresan Pena” mencoba menyapa
pembaca sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap karya sastra yang sudah tidak
banyak diminati sebagian orang.
C. Tujuan
     Tujuan dari pembuatan kumpulan puisi
dengan judul “Goresan Pena“ adalah untuk memenuhi tugas sebagai tindak lanjut
penulis dalam mengikuti kegiatan Work
Shop
Guru Profesional Dalam Membangun Karakter Bangsa , dalam rangka hari
ulang tahun ke 73 PGRI dan hari Guru Nasional 2018 yang diselenggarakan pada
tanggal 13 Oktober 2018 di Hotel Atria Magelang yang selanjutnya dapat
digunakan untuk melengkapi persyaratan dalam usulan penilaian angka kredit
kenaikan pangkat. Selain itu juga sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap
kelestarian karya sastra khususnya puisi.


Bagian II
REFLEKTI PROSES KREATIF
A. Lama Pengerjaan
    
Kumpulan puisi dengan judul “Goresan Pena“ dikerjakan pada tahun 2018
dimulai pada hari
Minggu,
14 Januari 2018 dan selesai pada hari Selasa, 30 Oktober tahun 2018.
B. Deskripsi Proses Kreatif
   
1. Proses Kreatif
        Proses kreatif dimulai dari keinginan
penulis untuk merekam pengalaman dari kejadian sehari-hari di sekolah tempat
penulis mengajar dan menuangkannya dalam bentuk kumpulan puisi. Proses ini
diawali dengan cara mengamati berbagai kejadian yang dialami semua warga
sekolah dalam mencapai visi misi sekolah terkait penujukkan Pemrintah sebagai
sekolah Revitalisasi dan menerapkan Teaching
Factory.
Kumpulan puisi “Goresan Pena” termasuk puisi modern, yang
tergolong dalam puisi platonik, yaitu puisi yang berisi ungkapan perasaan yang
bersifat spiritual, mengandung cita-cita dan kisah cinta seorang manusia.
Masruchin (2017: 172)
2. Hasil
    Hasil dari proses pembuatan puisi sebanyak
20 judul yang berkisah tentang “Goresan Pena” seorang guru yang berupaya
mencerdaskan siwa-siwinya dalam memajukan sekolah yang telah menjadi sekolah
rujukan, sekolah revitalisasi dan menerapkan teaching faktory dalam proses pembelajarannya.
    Puisi ini menggambarkan tentang hiruk pikuk
warga sekolah dalam mewujudkan visi misi menjadi sekolah terbaik, sehingga bisa
menjadi suri tauladan bagi sekolah-sekolah di sekitarnya. Semangat para siswa
menjadi pemicu bagi guru untuk bekerja lebih baik lagi supaya berhasil
mengantar para siswa ke jenjang kehidupan yang lebih baik.
     Berikut ini adalah kumpulan puisi yang
berhasil penulis susun sebanyak 20 judul yang dapat pembaca nikmati.

1)      SECERAH
PAGI
Ku tekan mesin finger print, sorang diri
Tertulis 06.00, ruang piket lengang, pagi
terasa sepi
Ku turuni tangga satu-satu, dengan hati-hati
Lutut terasa lemah, meringis sakit tak
terperi
Mungkin karena usia ini sudah tidak muda lagi
Kulewati jalan tengah lapangan, penuh
tumpukan tali
Kayu-kayu berserakan, paku tercecer
disana-sini
Kupandangi gedung sekolahku, megah menjulang
tinggi
Setiap tahun, bertambah ruang praktek dan
teori
Berhamburan debu disudut-sudut, karena
renovasi
Berpapasan siswa, tersenyum  sambil menyalami
Sorot mata tulus, menyongsong cita-cita suci
Ayolah nak, kita bersama ukir prestasi
Kulihat aura bangga dari para anak negeri
Mendulang ilmu di Sekolah Revitalisai
Setiap waktu, fasilitas di lengkapi
Ku lanjutkan langkahku, siap mengabdi
Burung seriti terbang rendah, hinggap diujung
kaki
Seolah mengajak, jangan pernah berhenti
“Kami butuh bimbinganmu, hingga akhir nanti”
Maka kuseret lagi sepatu ini
Meski tertatih-tatih, senyummu menahanku tuk
pergi

2)     
TEACHING
FACTORY
Teaching Factory, metode mengajar terkini
Bergerak
bersama, guru, siswa dan siswi
Sungguh
cekatan mereka bekerja bagaikan menari
Ada banyak
tamu berkunjung dari luar negeri
Ruangan
ditata, diatur dan dibenahi
Molton
ditebar, table cloth, slip cloth, napkin,
di setting hingga semua nampak elegan dan
rapi
Tidak
ketinggalan cutlyries di pasang
berjajar,
bagaikan restoran berkelas, penuh gengsi
Di dapur,
para calon chef muda beraksi
Mencuci
bahan, mengiris, sekaligus membumbui
Tangan
melenggok membolak balik makanan,
menyerok,
menggarnis, tak lupa mencicipi
Peluh
menetes, membasahi baju tapi kau tak peduli
Pelayanan
prima, mejadi yang terbaik,
sudah
melekat di setiap nafas dan aliran denyut nadi
Semangat
berkarya, beradu skil dan kompetensi
tak menghitung berapa banyak yang kan kau
dapati
Karena pengalaman hanya bisa jika kau jalani
Tak mungkin kau temui dibuku, di kamus atau catatan
materi
Maka teaching
factory
menjadi sarana tuk aktualisasi
Menggebleng mental, membentuk karakter jati
diri
Seperti kawah candradimuka yang menggodog
seorang bayi
Tapi terlahir kembali menjadi satria otot kawat balung wesi
Bersyukurlah nak, kau di didik di sekolah ini
Sekolah yang menyiapkan kemampuanmu supaya
mumpuni
Kejar citamu, raih bintang dan petik bulan
tuk ibu pertiwi
Dibelakang layar, kami gurumu “Tut Wuri
Handayani”
3)      Refitalisasi
Refitalisasi, sebuah kata penuh arti
Dimana yang hampir mati dihidupkan kembali
Yang sudah layu disegarkan lagi
Yang malas digiatkan, sudah pasti
Tidak semua sekolah mendapatkan ini
Bila 10 tahun berprestasi
Barulah bisa berdiri di tempat yang kau
pijaki
Kerja keras, dan akhlak mulia menjadi modal sejati
Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, Nasionalisme,
dan NKRI,
usah kau ragukan lagi
Melekat erat dalam setiap detak jantung kami
Meski banyak tuntutan karena refitalisasi
Kami bangga menjadi bagian dari era ini
Setiap tetes keringat kami,
semoga berguna bagi kejayaan negeri
Kelelahan kami diwaktu kini
Berbuah manis bagi anak cucu di satu hari
Kepenatan kami biarlah tertulis dalam kitab
yang hakiki
Berjalan, berlari, dan melompat tinggi, demi
tegaknya visi misi
Jangan pernah kau ungkit siapa kami
Tak usah kau tanya dari mana asal kami
Tidak perlu kau usik apa agama kami
Karena perbedaan adalah tiang penyangga
bangsa ini
Maka bersatu lebih baik daripada berseteru,
bila kau yakini
Biarkan kami mengurus dunia kami
Dunia edukasi, di sekolah refitalisasi


4)      Selfi
Cekrek sana, cekrek sini, setiap orang sibuk
berselfi
Di perempatan jalan, kulihat polisi berselfi
Ditaman bunga, para wisatawan bergaya selfi
Dilaut, didarat, di udara pastilah pada selfi
Di bawah patung, anak muda bergaya seksi tengah
selfi
Tiang listrik tak luput jadi properti dipeluk-peluk
dalam selfi
Instagram, face book, watshap berisi serba serbi selfi
Banyak nyawa melayang akibat selfi
Ada pula keluarga berantakan menjadi korban
selfi
Tidak lupa, kami  ikut-ikutan selfi
Saat mengajar, demi bukti fisik PTK, kami
selfi
Membagi bahan praktek, untuk laporan tak lupa
berselfi
Siswa masak, dan  plating,
 
tidak ketinggalan selfi
Tugas daring penuh dengan selfi
Workshop PGRI, serah terima buku berakhir
dengan selfi
Bikin karya inovasi harus dilengkapi dengan
gambar selfi
Ini jaman milenial jamannya orang gila selfi
Cekrak cekrek ciiiis..., akupun tersenyum
dikulum
hanya untuk nampak lebih cantik saat selfi
Keriput teredit mulus karena selfi
Senyum masam jadi manis bila selfi
Meski bertengkar terlihat kompak dilayar
selfi
Entahlah, tua muda, kakek nenek, pose kanan
kiri demi selfi
Tak ada yang tak pernah selfi
Tak ada yang tak suka selfi
Yah... sudahlah silahkan kalian selfi


5)      PU BOGA
PU Boga itu
Pengelolaan Usaha khusus Tata Boga
Ilmu berdagang
kuliner buat calon pebisnis muda
Belajar
karakter tangguh dalam berwira usaha
Karena hidup
sesungguhnya perjalanan penuh daya
Jatuh bangun
menjadi hal yang biasa
Kecuali bisa
bangkit dan berjaya
Barulah bisa
disebut luar biasa
Memproduksi
makanan, merangsang selera pemirsa
Menghiasnya
menjadi sesuatu yang berharga
Memasarkannya
supaya mendapatkan laba
Mengemasnya
dengan cantik dan penuh gaya
Mempromosikan
hingga ke dunia maya
Maka, jangan
pandang kami dengan sebelah mata
Karena
kreatifitas dan inovasi sudah pasti nyata
Siapa
mencoba, dijamin tan kan bisa berkata-kata
Lezat
menggoyang lidah, inilah karya anak boga
Jangan tanya
bagaimana kami bekerja
Biar di
dapur, semangat kami eksis bergelora
Seperti
nyala api kompor yang panas membara
Menjual
hasil produksi, kemanapun kami mencari laba
Bila sepi,
kami tak henti mempromosikannya
Saat dipuji,
kami tetap sederhana
Namun bila
dicela, kamipun siap berlapang dada
Letih itu
biasa, lelahpun tak kami rasa
Menulis
sejarah dimasa muda
Melambung ke atas menjadi pengusaha muda


6)      Gastronomi
Molkuler
Seni baru
dalam mengolah masakan menjadi fenomena
Transformasi fisiokimiawi dari bahan
pangan
 bukanlah maya
Membangun sensori saat mereka konsumsi seolah tak percaya
Ilmu yang
mengacu pada
 biologi
molekule
r
 mendunia
Meninjau masakan sampai tahap molekul membuat orang terpana
Metode ilmiah dengan pengamatan, pembuatan dan pengujian hipotesa
Gastronomi molekuler bukanlah
suatu gaya
Melainkan penemuan
teknik memasak melampaui batas-batas biasa
Pengembangan teknik
baru, dari teknik yang sudah ada
Bukan sekedar meracik
bumbu di dapur seperti yang anda kira
Gastronomi molekuler
adalah sains, terutama fisika dan kimia
Eksperimen makanan di
laboratorium, menyangah model lama
Bukan pula kulinologi
yang dilindungi hak cipta
Karena
g
astronomi molekuler tidak bernaung dibawah hak cipta
Definisi makanan serta eksplorasi presisi
kuliner
,
tergabung dalam satu senyawa
Gasminyak, tetesan air, dan partikel padat,
terdispersi ke dalam fase kontinyu yang
berbeda
Seperti es krim yang
mengandung kristal dan sukrosa
Atau telur bebek yang
bulatan kuningnya terbagi dua
Bahkan kaviar palsu
dibuat dari
natrium
alginat
 dengan kalsium klorida 
Sungguh canggih kerja
ilmuwan mereka yasa
Mengotak-atik yang tiada
menjadi ada
Membolak-balik yang
mustahil menjadi nyata
Seperti kasih sayang
guru terhadap muridnya
Atau sebaliknya cinta
murid terhadap gurunya
Bermeta morfosa dalam
melakoni perannya
Mendaki cita, merangkum
segala logika
7)      Sumpah
Pemuda
Sumpah
pemuda menggelegar, membahana
Membelah
langit menembus batas cakrawala
Satu nusa,
satu bangsa, satu bahasa
Kau tahu
sejak dulu sumpah itu telah ada
Lalu mengapa
kau lukai dengan aneka tipu daya
Menebar
fitnah, memecah belah dan mengadu domba
Ini negeri
indah tapi bertopeng manusia
Tak ada
beda, mana benar, mana salah, semua sama
Tarian
kepalsuan beraksi di setiap media
Penonton bersorak karena bingung mau bilang
apa
Hitam putih bercampur jadi sebuah warna
Warna kelabu yang sungguh aku tak suka
Samar-samar, antara gelap dan terang tak
kentara
Berputar-putar jungkir balik antara hoax dan
fakta
Seperti fata morgana, terlihat ada namun
tiada
Ini negeri bertopeng, banyak manusia berdusta
Tak peduli banyak korban yang terluka
Penuh tangis dari orang-orang yang menderita
Para penguasa tak lagi punya wibawa
Rakyat merana, kehilangan gelak dan tawa
Lalu dimana gema sumpah para pemuda
Yang terlena dengan kemudahan tanpa makna
Rapuh seperti ranting kering yang telah renta
Sekali terinjak hancur luluh tanpa daya
Generasi lemah tapi kaya retorika
8)     
UKK
UKK : Uji Kompetensi Kejuruan
Uji nyali bagi siswa boga yang brilian
Memacu kreatifitas, mengasah kemampuan
Melangkah mantap, menghapus keraguan
Pisau dikanan, sendok garpu dikiri bergantian
Meramu bumbu, mengolah resep menjadi sajian
Menabur aroma, menebar rasa aneka hidangan
Membakar semangat dengan api kelihaian
Mengadu skil
menggilas kebodohan
Siapa berani melibas segala bentuk kemalasan
Bukan tak mungkin mereka menjadi orang
pilihan
Jangan mau diperbudak hingga kepayahan
Rapatkan barisan songsong masa depan
Waiter,
chef
, wira usahawan dan segala jabatan
Pasti tak lepas dari genggaman
Bila kau menang tanpa mengalahkan lawan
Dan terbang tinggi tanpa merendahkan kawan
Maka raciklah bumbu-bumbu kehidupan
Seperti kau mengerjakan Uji Kompetensi
Kejuruan
Karena sejatinya memang hidup adalah
rangkaian ujian
Maka bersabarlah saat kau temui ribuan
kesulitan
Pasti semua berakhir pada satu kata keindahan


9)      Kesaktian
Pancasila
Pancasilaku memang sakti, sudah terbukti
Karena negara punya kami, generasi yang
mumpuni
Tak peduli badai menghempas dari sana sini
Kau tegak teguh kokoh berdiri
Tatapanmu tajam bagaikan sebilah pisau belati
Dengan kepakan sayapmu, kau libas itu PKI
Kau hempaskan, hingga mereka tak lagi
bernyali
Kau singkirkan mereka dengan sepenuh rasa
percaya diri
Karena kau tak rela negeri ini menjadi lautan
api
Jangan kira kami hanya sendiri
Anak-anak bangsa siap melaju berbaris dengan
rapi
Pedang dikanan, tombak dikiri, mengepal tekad
suci
Menjadi perisai, membela kedaulatan seluruh
penjuru negeri
Layar terkembang, pantang kami berpuas diri
Sebelum mengusir pengkhianat NKRI
Lantang berteriak merasa paling sejati
Padahal siapa yang tahu dalamnya isi hati
Meski tergambar dari sorot mata yang nampak
iri
Pergilah, usah kau jejali negeri ini
Dengan sumpah serapahmu yan tak lagi sakti
Kini tak ada lagi yang peduli
Pada gemerlapmu yang menipu diri
Menyamar pahlawan, padahal memilih lari
Ketika emas tak lagi kau dapati
10)  ON IN
On In On In
On line dan in service di pendidikan dan
pelatihan
Semua guru sibuk diklat dalam jaringan
Berkutat praktek ini itu tidak hanya setingan
Mengerjakan tugas demi sebuah kemajuan
Berpacu dengan waktu mengejar ketertinggalan
Terpisah dari keluarga mengenyampingkan
perasaan
Kami lulus sudah lama, sehingga butuh
pembaharuan
Menambah ilmu, mengup date pengetahuan
Membuka laptop, mengunggah postingan
Tidak semua guru mampu mengikuti perubahan
jaman
Beberapa diantaranya memilih mundur dari
medan
Karena raga dan rasa tidak bisa bersentuhan
Di satu sisi ingin menyerah, di sisi lain
keras bertahan
Terjadi polemik dalam menyikapi suatu
kejadian
Kuatkan tekad, kenali berbagai keadaan
Jangan lupa istirahat, cukup makan, dan jaga
kesehatan
Pasti kita kan bertemu yang namanya keindahan
Wujud dari mimpi dunia pendidikan
Dunia penuh bintang bertaburan gemerlap pengabdian
Yang bersandar pada kompetensi  dan standar penilaian
Demi bekal siswa dalam menapaki terjalnya
kehidupan
Sebagai pedoman arah disepanjang perjalanan

11)  UAS
Ujian akhir semester hampir tiba
Soal-soal disusun, materi pelajaran di uji
coba
Dari bentuk esay, menjodohkan sampai pilihan
ganda
Siswa menyimak, menulis dan membaca
Melengkapi porto folio, merangkum resep,
menyusun agenda
Hari ke hari waktu bergulir melaju hingga tak
terasa
Fokus-fokus, jangan sampai lengah mendera
Hp di tutup, tv di matikan, usah lagi kau
terpana
Ada yang lebih penting dari sekedar bersuka
ria
Mencari titian, meluruskan langkah  tuk menggapai cita
Tidak ada hal yang sulit, jika kau yakin
pasti bisa
Usah mencontek, sekalipun hasilnya lebih
berharga
Jujur, percaya diri, biarkan proses yang
bicara
Karena hasil sejatinya tidak bisa diperdaya
Tinggalkan masa lampau yang membuatmu putus
asa
Dari balik layar, kami mengantarmu dengan
segenap do’a
Berkata malaikat, kamipun mengamininya






12)  Setengah
tiang
September kelabu
Seperti mendung bergayut menutupi langit biru
Sedu sedan
tangisan seorang ibu

Melihat puteri terbujur kaku
Darah tercecer, mulut membeku
Jadi sasaran sedadu yang muntahkan peluru
Malam terkelam menjadi saksi bisu

Dari sejarah yang semakin rancu
Ada yang bilang itu tipuan masa lalu
Ada yang membantah benar adanya, usah kau
ragu
Entahlah, jadi aku harus bilang apa pada
muridku
Kalau catatan di buku tak ada yang baku
Mereka tak pernah berfikir, bagaimana
rumitnya menjadi guru
Supaya semua yang terucap di gugu dan ditiru
Hingga detik ini aku masih saja termangu
Menyaksikan kronologi sejarah yang tak juga
ku tahu
Kini bendera setengah tiang berkibar di
sekolahku
Daun-daun di setiap ranting ikut menunduk
layu
Mengenang pahlawan yang kini membisu
Pulanglah kau pada sang pemilik waktu
Biarkan kami melanjutkan perjuanganmu


13)  Siap
Sanggup
Aku selalu berpesan pada muridku
Bila diberi tugas maka jawablah “Siap Sanggup
Bu”
Kemarin aku menyuruh salah satu murid untuk
maju
Dia bilang “Jangan Saya Bu”, yang lain lagi
menjawab “ Umma Saja Bu”
Maka akupun mengingatkan sekali lagi pesanku
Bahwa apapun tugas guru pastilah untuk
kebaikanmu
Uma maju membacakan puisi hasil karyaku
Suaranya menggelegar membuat merinding bulu
kudukku
Seisi kelas terpaku, mengangguk-angguk penuh
haru
Tak kusangka puisiku bisa dibaca sebagus itu
“Terima kasih Nak” kataku
Tepuk tangan bergemuruh saat Uma selesai
membaca puisi itu
Seorang murid akan mengeksplor dirinya bila
dianggap mampu
Jangan pernah bilang mereka bodoh apa lagi
dungu
Karena ucapan adalah do’a, apalagi ucapan
seorang guru
Bagaimanapun tingkah mereka, anggap saja
sesuatu yang lucu
Bila membuat ulah, tegurlah dengan suara merdu
Kehalusan budi akan mencairkan ego yang beku
Sabar itu berat, namun berhadiah surga buatmu
Jalani saja peranmu usah dengarkan suara yang
tak perlu
Mereka yang merasa paling benar, juga bisa
keliru
Ups.....maaf jika tak setuju, ini pendapatku

14)  Indonesia
Raya
Jreng...jreng... saat berkumandang lagu
Indonesia Raya
Semua berdiri dengan posisi sikap sempurna
Tak peduli sedang apapun mereka bekerja
Mengapresiasi Pahlawan yang mengorbankan
nyawa
Demi teguh tegaknya sebuah negara
Indonesia Raya bukan hanya sebuah lagu tanpa
makna
Tapi reduksi dari perjuangan para punggawa
Kita bahkan belum pernah berbuat seperti
mereka
Meninggalkan keluarga demi kepentingan bangsa
Langit yang membiru seolah ikut berkata-kata
Singsingkan lengan baju, berikanlah beribu jasa
Jangan hanya bicara berkoar-koar di depan
media
Ini bukan perkara siapa yang sedang atau akan
berkuasa
Ini tentang bagaimana kita bertahan ditengah
himpitan program kerja
Baiklah saat kau nelangsa dengan segala duka
dan nestapa
Ingat saja perjalanan Siti Hawa
Yang berjalan berkilo-kilo tuk bertemu tulang
rusuknya
Atau perjuangan Siti Hajar yang berlarian
antara bukit Safa dan Marwa
Mencari seteguk air untuk buah hatinya
Maka derap langkahmu belumlah seberapa
Buktikan bahwa kaupun bisa berguna
Mengumandangkan lagu Indonesia Raya
di setiap momen saat menan dan menjadi juara

15)  Guruku
Aku ingin seperti guruku
Yang setiap petuahnya di gugu dan ditiru
Yang karena kiprahnya akupun kini jadi guru
Tidak ada orang hebat tanpa peran seorang
guru
Meski tidak semua orang berterima kasih pada
guru
Tapi jejakmu tak pernah luput dari muridmu
Logat bicaramu, gaya marah dan candamu
Sering membuat kami rindu
Meski kelakuan kami sering mengganggu
Tak pernah sekalipun kau menggerutu
Salut buat kesabaran guru-guruku
Dulu aku pernah benci profesi guru
Hingga saat kuliah membuatku lesu
Tapi orang tuaku tak mau tau
Bagi mereka profesi paling mulia adalah guru
Dengan tertatih-tatih akupun selesaikan
kuliahku
Takdir itu ternyata tak pernah keliru
Aku jalani profesiku yang pernah kubenci dulu
Kini hari-hariku tak lagi kelabu
Karena senyum manis semua muridku
Seperti pantulan air dari telaga biru
Teduh menggenang mengalirkan rasa haru
Terima kasih orang tuaku yang memaksaku jadi
guru
Terima kasih guru-guruku yang menjadikanku
sorang guru
16)  Ijazah
Selembar kertas yang bernama ijazah
Butuh kerja keras tuk bisa menjamah
Meski banyak orang bekerja tak sesuai ijazah
Tapi itu bukan berarti kalah
Ijazah bukan semata soal sekolah
Perjalanan panjang hingga menjual sawah
Lelehan air mata bunda mengiringi sejarah
Do’a-do’a terucap tanpa lelah
Naik kelangit tanpa harus diunggah
Diterima Allah bahkan langsung diijabah
Perjuangan demi menggenggam ijazah
Semestinya tak perlu mengenal kata menyerah
Peluhmu pasti berganti memory indah
Berhamburan aroma wangi bunga merekah
Rembulan menari di lepas senja merah
Membumbung tinggi menuju satu arah
Alam ikut memuja tanpa khotbah
Membuang murung menikung rasa gelisah
 Inilah
saatnya kau peluk ijazah





17)  Capuchino
Seteguk kopi capuchino malam ini
Menelusup hangat di sela-sela nadi
Kantuk yang menggelayut menapaki sepi
Seketika takut dan beranjak pergi
Kuambil pena lalu kutulisi
Bait, syair, lyrik, irama, prosa, sajak, dan
puisi
Tergores tanpa rencana penuh intuisi
Dinginnya tiupan angin, semakin menderai
sunyi
Tak ada lagi yang kucari ditempat ini
Kutahu kau lebih nyaman bersembunyi
Menahan perih dengan segudang sakit hati
Mengapa tak kau buang saja rasa ini
Supaya lega saat kulepas kau pergi
Secangkir kopi capuchino disini
Masih setia menemani
Meski tinggal separo lukisan bentuk hati
Aku percaya kau simpan separonya lagi







18)  Ekspresi
Akulah perempuan
Tertegun melihatmu melambaikan tangan
Mataku tak bisa lepas dari senyum yang
menawan
Sudah puluhan tahun aku berusaha melupakanmu
kawan
Tapi hadirmu sore ini membuatku melupakan
jaman
Sia-sia aku merajut perpisahan
Karena bayanganmu tersulam di setiap titian
Berapa bukit kucoba simpan kenangan
Lebih tepatnya ku buang serangkaian
perjalanan
Aku letih menganggapmu hanya mantan
Jika kau ikuti aku dalam setiap tikungan
Bagaimana aku bisa bernafas dalam dinginnya
pertempuran
Mimpi yang terbentang di genggaman kekuasaan
Membuatku tersiksa, sakit tak tertahankan
Kata orang hanya sekali kau menggores
kepahitan
Namun aku merasakannya sepanjang kehidupan
Terbalur 
tajamnya pisau kepedihan
Kataku “pergilah kau sekarang”
Tapi kau tetap bertahta di sarang kerinduan




19)  LKS
Lomba Keterampilan Siswa
Menjadi ajang pencarian bakat yang tertata
Persiapannya memerlukan banyak tenaga
Kompetensi yang menembus batas cakrawala
Tidak peduli menghabiskan banyak dana
Demi prestasi anak bangsa
Semua tercurah dengan suka rela
Piala yang direbut, bukan sekedar pajangan belaka
Bukti pretise dari kerja keras yang nyata
Kemenangan ditangan bukan hanya milik dia
Tapi milik harga diri sebuah kota
Bahkan merambah pada semangat anak bangsa
Belajar, mencoba, dan menghasilkan karya
Lebih berharga daripada bermain game di dunia maya
Mengajak pemuda menjauhi tawuran dan narkoba
Membuat guru dan orang tua bangga
“Selamat Nak” kaliyan begitu berharga






20)  Karya
Inovasi

Karya
Inovasi menjadi kebutuhanku sebagai guru
Sesuai
tupoksi dalam mendidik para muridku
Alat peraga,
media pembelajaran, dan karya seni itu perlu
Memudahkan
proses mengajar supaya lebih bermutu
Lakukan dengan
ikhlas, jangan lagi menggerutu
Gerak lincah
mereka seperti loncatan kijang yang lucu
Wajah ceria saat dikelas sering membuatku terharu
Beningnya
sorot mata polos menggiring suasana syahdu
Pameran buku, dan pembacaan puisi baru
Menggeliatkan bakat-bakat terpendam yang belum ku
tahu
Potensi diri tidak hanya teori melulu
Praktek, demonstrasi, dan metode mengajar terbaru
Menjadi kejutan bagi murid yang ditunggu-tunggu
Tidak hanya
ceramah, dikte dan mencatat dibuku
Butuh
pencerahan dan teknik-teknik yang seru
Literasi,
pembentukan karakter janganlah menjadi kaku
Tarik ulur,
keras lembut, peleleh jiwa-jiwa yang beku
Kerja maksimal
menjadikan yang terbaik itu tugas guru
Sisanyan
biarlah ketentuan Tuhan yang berlaku






3. Deskripsi Kegiatan Pameran Dan Pertunjukan
    Kegiatan
pameran dan pembacaan  puisi  dilakukan hari Selasa tanggal  30 Oktober 2018 pada saat mengajar kelas XII Tata
Boga 1, di ruang kelas E 2.1 SMK N 3 Magelang. Kegiatan pameran di saksikan
para siswa baik kelas X, XI, maupun XII dari berbagai jurusan.

4.  Foto Kegiatan Pameran Dan Pertunjukan






















5. Rekaman
Audio Visual (Terlampir)






























Bagian III
PENUTUP
A.  Simpulan
      Dari semua uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa Kumpulan Puisi dengan judul
“Goresan Pena” adalah tulisan
seorang guru produktif  boga yang
mengajar di sebuah sekolah yang menjadi piloting
projeck
sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 refisi, sekolah revitalisai
dengan unggulan metode mengajar teaching
factory.
Kumpulan puisi ini hadir sebagai bentuk kepedulian penulis
terhadap karya sastra yang tidak banyak diminati orang.
   
B. Saran
     Saran dan kritik sangat diharapkan dari
pembaca untuk kebaikan dari penulisan puisi dan karya sastra lainnya dimasa
yang akan datang.












DAFTAR PUSTAKA
Masruchin, ULIN
Nuha.2017.Buku Pintar Majas, Pantun, dan Puisi.Yogyakarta : Huta Publisher